Selenggarakan Pesta Rasulan 4 Hari Berturut-turut, Pemdes Katongan Tak Pungut Dana Dari Masyarakat

Wawan Gunarjo 12 Agustus 2019 09:06:43 WIB

Katongan, (sida samekta) – Nuansa berbeda nampak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar kala memperingati agenda bersih desa atau rasulan tahun 2019 ini. Segala potensi yang berhubungan dengan pelestarian budaya digelar untuk memberikan hiburan masyarakat. Yang cukup berbeda, kali ini rasulan Desa Katongan dirayakan dengan cukup meriah lantaran panitia menyediakan hiburan dalam waktu 4 hari berturut turut. Untuk menyukseskan acara, panitia penyelenggara bahkan memberikan bantuan subsidi ke-6 padukuhan agar mampu menampilkan segala potensi seni budaya yang ada di masing-masing padukuhan.

“Rangkaian acara dimulai dari hari Minggu kemarin dan puncaknya besok Rabu malam. Minggu diawali dari lomba mancing, kemarin diadakan sarasehan mocopat, tadi kirab budaya, pementasan seni, besok lomba sesorah bahasa Jawa dan lomba tumpengan dan sebagai penutup pementasan wayang kulit oleh Ki Seno Banuaji sekaligus ruwatan bumi Gunungkidul,” jelas Wawan Gunarjo, Ketua Panitia Penyelenggara Rasulan Desa Katongan, Selasa (23/07/2019) kemarin.

Pemerintah Desa Katongan sendiri tahun ini memilih tema Nyawiji Greget Mbangun Deso Murih Lestarining Budaya. Bukan tanpa makna, tema ini dipilih oleh Pemdes Katongan dengan alasan nantinya pesta rasulan diharapkan bisa membuat warga di 6 padukuhan bisa lebih giat dan kompak dalam memajukan desa di berbagai sektor. Dan sebagai desa budaya, Katongan berupaya memaksimalkan Dana Keistimewaan DIY untuk benar-benar ngleluri budaya Jawa yang adiluhung.

“Di sini banyak kelompok seni yang sudah terdaftar SKOK di Dinas Kebudayaan, otomatis mereka juga mendapatkan kucuran dana dari pemerintah. Di sisi lain, untuk penyelenggaraan acara rasulan akbar ini kita juga tidak memungut biaya dari masyarakat. Ini dibiayai Dinas Kebudayaan DIY, hingga Dinas Kebudayaan Gunungkidul. Bahkan untuk kirab ini saja semua dusun kita subsidi masing masing satu juta rupiah agar masyarakat tergugah untuk memberikan penampilan terbaik,” tambah Wawan.

Di sisi lain, untuk sarasehan mocopat hingga lomba sesorah Bahasa Jawa, pihak panitia bersih desa sengaja menghadirkan petugas dari Dinas Kebudayaan DIY dan Kabupaten Gunungkidul. Diharapkan warga masyarakat yang menjadi peserta juga dapat mendapatkan tambahan ilmu dari para penggiat budaya di Dinas Kebudayaan.

Berita Lainnya  SK Pengangkatan Bupati Tak Kunjung Terbit di Tengah Situasi Makin Terjepit, Ribuan GTT Rencanakan Mogok Kerja

Sementara itu diungkapkan Jumawan, Kepala Desa Katongan, upaya warganya dalam mengembangkan dan melestarikan budaya memang layak diapresiasi. Sejak reog, gejok lesung, hingga aneka permainan bocah tempo dulu saat ini masih tumbuh subur dan berkembang di seluruh padukuhan yang ada.

“Jika bukan kita yang melestarikan lantas akan siapa yang akan sudi nguri uri? Maka biar tidak tenggelam ditelan arus budaya asing, warga kita berupaya keras melakukan pelatihan sejak dini. Harapannya ke depan anak-anak yang tadi tampil kelak kemudian hari bisa meneruskan pelestarian budaya Jawa yang adi luhung ini,” katanya.

Meski semua prosesi berjalan lancar, Jumawan juga sedikit memberikan sentilan kepada panitia penyelenggara agar pelaksanaan untuk tahun depan berlangsung lebih baik lagi.

 

Berita Lainnya  Biaya Pendidikan Melambung Tinggi, Pelajar Dibudayakan Untuk Menabung Sejak Dini

“Mestinya yang anak-anak dipentaskan di awal. Jangan sampai mereka kelelahan atau bahkan kelaparan. Saya tidak ingin ada yang pingsan gara-gara kecapaian menunggu giliran pentas,” pungkasnya.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar